Jadi Bagian dari Sejarah Karanganyar, Burung Derkuku Punya Banyak Mitos -  Espos.id | Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

Tekukur Gunung, Si Burung Kalem dari Alam Bebas

Pernah nggak sih, kamu lagi jalan-jalan ke daerah pegunungan atau perbukitan, terus dengar suara burung yang tenang, berulang, kayak lagi nyanyi pelan? Nah, bisa jadi itu suara tekukur gunung. Burung https://www.containerhomesportugal.com/ ini emang terkenal banget dengan suaranya yang khas dan bikin hati adem.

Tekukur gunung bukan cuma cantik suaranya, tapi juga punya penampilan sederhana yang elegan. Warna bulunya cenderung cokelat keabu-abuan, nggak mencolok, tapi enak dilihat. Cocok banget buat kamu yang suka pengamatan burung atau sekadar menikmati alam.


Habitat Asli: Pegunungan dan Perbukitan

Sesuai namanya, tekukur gunung ini biasa ditemukan di daerah pegunungan. Tapi jangan salah, mereka juga sering muncul di area perbukitan rendah atau bahkan di sekitar kebun dan desa yang sejuk.

Burung ini senang berada di tempat yang tenang dan nggak terlalu ramai manusia. Mereka sering terlihat bertengger di kabel listrik, dahan pohon tinggi, atau bahkan di atas atap rumah kalau suasananya tenang.

Biasanya mereka hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil. Nggak terlalu suka rame-rame, mungkin karena karakternya yang kalem.


Ciri Khas Suara yang Menenangkan

Salah satu alasan kenapa banyak orang suka dengan tekukur gunung adalah suaranya yang adem dan khas. Suaranya itu kayak “ku-ku-ku…” yang teratur dan nggak bikin bising. Makanya, burung ini sering disebut sebagai penyanyi alam di daerah pegunungan.

Buat kamu yang suka suasana alami dan pengen punya suasana rumah yang kayak di desa, suara tekukur bisa jadi pelengkap alami yang bikin rileks.

Bahkan, banyak penghobi burung yang sengaja memelihara tekukur gunung cuma buat dengerin suaranya tiap pagi.


Perilaku yang Tenang dan Mudah Dikenali

Tekukur gunung termasuk burung yang jinak dan nggak gampang panik. Mereka nggak segesit burung kecil lainnya, tapi justru itu yang bikin mereka gampang dikenali.

Saat terbang pun, gerakannya pelan dan suaranya kadang terdengar sambil terbang. Mereka juga punya kebiasaan mandi pasir atau berjemur di pagi hari.

Salah satu kebiasaan unik mereka adalah mencari makan di tanah, biasanya biji-bijian atau sisa padi di sawah. Jadi, jangan heran kalau kamu lihat mereka di jalan tanah atau kebun.


Populasi dan Ancaman di Alam Liar

Walaupun belum masuk daftar satwa langka, tekukur gunung tetap perlu dijaga populasinya. Perusakan habitat, penebangan hutan, dan perburuan liar bisa bikin jumlah mereka makin sedikit.

Apalagi sekarang makin banyak orang yang mulai melirik mereka sebagai burung peliharaan karena suaranya. Kalau nggak diatur, bisa aja burung ini susah ditemukan di alam bebas nantinya.

Makanya penting banget buat kita ikut menjaga kelestarian burung ini, minimal dengan nggak menangkap dari alam liar dan lebih pilih peliharaan hasil penangkaran.


Tips Mengamati Tekukur Gunung di Alam

Kalau kamu pengen lihat langsung tekukur gunung di habitat aslinya, coba datang ke daerah perbukitan atau desa pegunungan. Pagi hari adalah waktu terbaik buat dengar suara mereka.

Bawa teropong, kamera, dan duduk tenang aja di tempat yang nggak terlalu ramai. Jangan lupa juga buat jaga jarak biar burungnya nggak kabur.

Biasanya mereka muncul di pohon tinggi atau duduk santai di kabel listrik sambil “bernyanyi”.


Kesimpulan: Melodi Alam yang Perlu Dijaga

Tekukur gunung itu lebih dari sekadar burung biasa. Suaranya bisa jadi pengantar damai di tengah hiruk pikuk kehidupan. Tapi, keindahan itu harus kita jaga.

Jangan asal tangkap atau pelihara kalau nggak tahu caranya. Lebih baik nikmati mereka di alam bebas sebagai bagian dari keindahan pegunungan Indonesia.