Rumah Bale, Salah Satu Kekayaan Arsitektur Nusa Tenggara Barat - Arsitur Studio

Apa Itu Bale Bonter?

Bale Bonter adalah salah satu rumah adat yang berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB), container homes portugal khususnya di daerah Lombok. Rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga mencerminkan budaya, kearifan lokal, dan pengetahuan leluhur masyarakat Sasak dalam membangun rumah yang nyaman dan aman.

Uniknya, Bale Bonter dibangun dengan struktur dan bahan yang bisa menahan guncangan gempa. Nggak heran sih, soalnya NTB termasuk daerah yang sering kena gempa. Jadi, masyarakatnya dari dulu udah pintar bikin rumah yang tahan banting.


Kenapa Disebut Bale Bonter?

Nama “Bale Bonter” punya arti tersendiri. Dalam bahasa Sasak, “Bale” berarti rumah, dan “Bonter” artinya besar atau megah. Jadi, bisa dibilang Bale Bonter itu rumah besar yang biasanya ditempati oleh tokoh penting seperti kepala adat atau pemuka masyarakat.

Selain ukurannya yang lebih luas dibanding rumah adat lainnya, Bale Bonter juga punya fungsi sosial, sering dipakai buat musyawarah, rapat desa, atau acara adat.


Ciri Khas Fondasi Tahan Gempanya

Yang paling menarik dari rumah adat ini adalah sistem fondasinya. Rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku atau semen seperti rumah modern. Tapi jangan salah, justru teknik tradisionalnya bikin rumah ini fleksibel dan kuat saat diguncang gempa.

Struktur dasarnya pakai tiang-tiang kayu yang ditanam di atas batu pipih. Batu ini jadi tumpuan utama yang bisa bergerak saat terjadi guncangan. Karena nggak “mengunci” seperti fondasi beton, rumah bisa goyang tanpa roboh.

Ini prinsip dasar dari desain tahan gempa—fleksibilitas. Makanya, meski kelihatannya sederhana, fondasi Bale Bonter justru sangat canggih dan ramah lingkungan.


Bahan Bangunan yang Ramah Lingkungan

Rumah adat ini dibuat dari bahan-bahan alami yang gampang ditemukan di sekitar. Kayu untuk tiang dan rangka atap, bambu untuk dinding, dan ijuk atau alang-alang untuk atapnya. Semua bahannya ringan, jadi kalau pun terjadi gempa, risikonya lebih kecil dibanding rumah modern dari beton dan baja.

Selain itu, bahan alami juga bikin rumah lebih adem dan sehat. Nggak perlu AC, udah nyaman banget buat ditinggali. Ini bukti bahwa kearifan lokal bisa jadi solusi modern yang hemat dan berkelanjutan.


Tata Letak dan Fungsi Ruangan

Di dalam rumah adat ini, biasanya ada beberapa ruangan dengan fungsi yang udah ditetapkan. Misalnya, ruang utama di tengah buat berkumpul, ruang tidur di sisi belakang, dan ruang tamu di depan. Semua dibuat dengan memperhatikan arah mata angin dan posisi matahari supaya sirkulasi udara maksimal.

Tata letaknya juga mempertimbangkan privasi dan adat. Misalnya, perempuan dan laki-laki punya ruang terpisah kalau ada acara adat di rumah. Semua ini menunjukkan betapa rumah adat nggak cuma soal bentuk, tapi juga nilai dan norma hidup.


Warisan Budaya yang Harus Dijaga

Sayangnya, sekarang makin sedikit orang yang tinggal di Bale Bonter. Banyak yang memilih rumah modern karena dianggap lebih praktis. Padahal, kalau dikembangkan dengan pendekatan yang tepat, rumah adat ini bisa jadi inspirasi arsitektur ramah lingkungan yang tahan bencana.

Beberapa arsitek muda dan komunitas budaya di Lombok mulai bergerak untuk melestarikan rumah ini. Mereka bikin proyek renovasi atau pembangunan ulang dengan teknik tradisional tapi sentuhan modern. Harapannya, Bale Bonter bisa tetap eksis dan dikenal generasi muda.


Penutup: Bale Bonter, Solusi Lokal untuk Tantangan Global

Rumah adat ini bukan cuma rumah adat biasa. Di balik desainnya yang sederhana, tersimpan banyak pelajaran soal arsitektur, budaya, dan ketahanan terhadap bencana. Di zaman sekarang, ketika isu gempa dan lingkungan makin sering dibahas, belajar dari Bale Bonter bisa jadi langkah cerdas.

Kalau kamu tertarik dengan arsitektur tradisional yang keren dan punya nilai budaya tinggi, Bale Bonter wajib masuk daftar kamu. Nggak cuma indah dipandang, tapi juga kuat, ramah lingkungan, dan sarat makna.